[opini] Romantika Bertetangga

Hi Pembaca!

salah satu hasil perenungan saya..

“Don’t buy the house, buy the neighborhood” – kata bijak dari Rusia

Dari sebuah headline di surat kabar, terungkap bahwa pihak kepolisian telah menggerebek sebuah rumah yang dijadikan tempat produksi narkoba. Reaksi tetangga sangat terkejut dan tidak menyangka ada satu warga di lingkungan mereka yang terlibat tindakan kriminal. Rata rata keterkejutan dan ketakutan itu berakhir dengan komentar, “Abis kita jarang bertetangga sih, kapan ada waktu untuk ketemunya?”

Bertetangga – tak berlebihan jika kita kategorikan menjadi hal yang langka bagi kita yang tinggal di Jakarta dan sekitarnya.

Dengan semakin berkembanganya wilayah Jabodetabek dan kian macetnya lalu lintas, memaksa penduduk untuk berangkat lebih pagi dan pulang lebih malam. Praktis, interaksi fisik didominasi dengan kehidupan di dalam rumah dan kantor, hingga mengesampingkan urusan bertetangga.

Kapan kita akan bertandang dengan tetangga? Pertama, jika ada pertemuan RT/RW (maaf..jika sempat). Kedua, jika terjadi hal hal yang “memaksa” para penghuni berinteraksi, misalnya banjir – kebakaran – atau yang paling gawat, kerusuhan Mei 1998 lalu.

Penulis bermaksud menyampaikan ide – bahwa bertetangga kini tidaklah harus berinteraksi secara fisik. Semakin tingginya penggunaan Internet di Jabodetabek saat ini, dapat dijadikan media interaksi alternatif. Dewasa ini, makin menjamur penduduk Jakarta yang “Internet savvy” dengan akses via telepon kabel ataupun telepon genggam.

Jika di formulir pendataan warga baru, salah satu isian wajib adalah alamat email, akan memudahkan pengurus RT/RW dalam berkomunikasi dengan warga. Mekanismenya, dengan membentuk email groups – yang beranggotakan para warga – membuat distribusi informasi semakin mudah dan efisien.

Dari info sekitar lingkungan tempat tinggal (rapat rutin RT/RW, iuran keamanan & kebersihan, sampai ke berita aktual - tips - hobby pun bisa disebarluaskan via email groups. Tidak ada lagi kendala waktu dan jarak, karena masing masing dapat akses info sambl menjalankan aktivitasnya. Lebih lagi, jika fasilitas chatting diberdayakan, seorang dapat bergosip dengan tetanggal blok sebelah – sambil bermain dengan anak di rumah.

Penggunaan Internet akan menjembatani pergeseran era bertetangga secara fisik menjadi bertetangga di dunia maya. Beberapa perumahan dari pengembang tertentu bahkan telah menyediakan fasilitas Internet tanpa kabel (nirkabel) bagi para penghuninya. Konsep “web village” akan menjadi trend di wilayah Jabodetabek dalam waktu dekat.

Akhir kata, kendala waktu untuk interaksi fisik dengan tetangga kini akan terobati dengan hadinya Internet. Ingin mencoba di lingkungan tempat tinggal anda?


2 komentar

  1. Anonim  

    24 Mei 2008 pukul 09.52

    Perumahan baru biasa dihuni oleh keluarga muda yang mayoritas pekerja kantor,pasti ada komputer paling nga. emang sih jadi lebih gampang. Pengalaman saya pulang kerja langsung masuk rumah, ketemu tetangga kalau papasan,kadang nga tahu tempat tinggal rekan bisnis cuma beda block aja,waktu banjir kemarin baru deh kenal tetangga.Dengan komunikasi internet jadi lebih mudah, dibuat milist warga misalnya, jadi opini bisa tersalurkan untuk kemajuan hidup bertetangga.Saya pernah lihat oma unur sekitar 70 tahunan masih bisa berinternet ria di wartel :) masa kita para profesional muda kalah dan ketinggalan tehnologi.

  2. Anonim  

    31 Mei 2008 pukul 08.39

    wah...klo semua tetangga elite punya internet n komputer dirumah sih OK bisa komunikasi lewat internet tapi klo ga gimana???orang tua juga banyak yg ga bisa pake komputer...



Posting Terbaru

Komentar Terbaru