[MLM] Hubungan Upline Downline - sebuah wacana

Dear Bloggers,

Communication is the heart of multi level marketing

“Communication is the heart of multi level marketing” ungkapan tadi tidaklah berlebihan bagi mereka yang bekecimpung di dunia multi level marketing. Komunikasi merupakan alat terpenting dalam membangun jaringan (network), karenanya dapat dikatakan komunikasi sebagai jantungnya Multi Level Marketing. Dengan jaringan (network) sebagai alat pemasaran, komunikasi merupakan media penyampaian informasi baik secara lisan maupun tertulis dari satu anggota (member) ke member lainnya.

Dalam sistem multi level marketing, istilah upline dikenal sebagai individu yang mensponsori individu lain (downline) bergabung dalam satu jaringan yang sama. Dalam hirarki, posisi downline bisa langsung di bawah upline (direct downline), ataupun beberapa level di bawah sang upline (indirect downline). Bisnis tumbuh berkat kerjasama yang saling menguntungkan (win win relationship) antara upline maupun downline. Sinergi terbentuk antara mereka untuk mencapai visi– membangun jaringan yang jauh lebih luas lagi.

Dalam prakteknya, kerjasama tidak selalu berjalan mulus. Ganjalan dalam berkomunkasi selalu menimbulkan kesalah-pahaman dan perbedaan persepsi dalam menjalankan bisnis. Jika hal ini tidak segera diatasi, seringkali akan membuat masalah makin berlarut-larut hingga mengakibatkan terhambatnya aktivitas bisnis.

Menurut analisa penulis, komunikasi antara upline dan downline dapat dibagi menjadi 2 tahapan,:

Tingkatan pertama – coaching period
Timbul pada waktu downline pertama bergabung dan masih merupakan bagian dari grup yang belum berdiri sendiri (personal group)

Dalam fase ini upline sebagai pembimbing (mentor) dan contoh/teladan bagi para downline dalam melakukan berbagai macam kegiatan, misalnya; presentasi, merekrut, membangun jaringan dan mengasah naluri bisnis (business instinct). Dalam periode ini, terdapat komunikasi personal yang ekstensif (luas dan mendalam) diantara mereka.

Tingkatan kedua - development period
Terjadi sejak downline sudah membentuk group yang berdiri sendiri, lepas dari group sang upline (independent leg).

Pada tahap ini, terdapat perubahan-perubahan, yaitu:
· Peran downline yang sudah menjadi individu yang mandiri dalam menjalankan bisnis.
· Hubungan Upline-Downline beralih dari hubungan yg bersifat vertikal ke tingkat horizontal, dimana mereka kini menjadi mitra bisnis yang sejajar
· Komunikasi personal, beralih menjadi komunikasi yang berorientasi bisnis dan menekankan pada profesionalisme.

Konflik seringkali timbul, karena upline dan downline tidak siap, atau gagal melakukan transisi dari bentuk komunikasi tingkat pertama ke tingkat selanjutnya.

Ada beberapa masukan yang dapat dipertimbangkan untuk mengatasi konflik komunikasi tersebut:
· Berorientasi pada pemecahan masalah (problem solving) bukan masalah itu sendiri.
Bisnis Multi Level Marketing merupakan bisnis antar manusia, dimana banyak terdapat peluang konflik. Hal tersebut tidak dapat dihindari, namun ada kata bijak yang kita bisa jadikan acuan, “persoalan adalah bagaimana kita melihat sebuah masalah, bukan masalah itu sendiri”.

Jika seseorang melihat problem yang sebetulnya sederhana dan gampang dipecahkan, seolah masalah tersebut adalah masalah yang sangat berat. Hal ini akan mempengaruhi pola pikir dan memicu tindakan negatif, yang pada akhirnya malah akan memperburuk masalah. Anda juga percaya, jika kita berpikir positif, segalanya akan berdampak lain kan?

· Win-Win Relationship dan mengedepankan sinergi
Hubungan saling menguntungkan (win win relationship) merupakan dasar utama dalam berbisnis. Jika terdapat ketimpangan dalam hubungan tersebut, di mana satu pihak selalu mengalami kerugian, bisnis akan tersendat.

Multilevel marketing membutuhkan kemandirian dalam kebersamaan. Apa artinya? Seorang downline, pertama kali akan dibimbing oleh sang upline, untuk membangun group yang independen. Setelah melewati tahap tersebut, ketergantungan kepada upline, akan beralih menjadi mitra sejajar, yang bervisi pada pengembangan jaringan secara lebih luas.

Mengacu pada salah satu ajaran Stephen R. Covey dalam 7 Habits of Highly Effective People, Interdependensi, hubungan saling ketergantungan – jika downline tidak mandiri, upline akan kesulitan mengembangkan bisnis, sebaliknya, upline yang tidak memiliki rasa kepedulian bisa membuat downline frustasi. Menyatukan persepsi bahwa bisnis ini membutuhkan kerjasama jangka panjang (long term relationship) antara upline dan downline, memang merupakan hal hal yang mudah untuk diucapkan, tapi butuh pengalaman dan kesabaran dalam melaksanakannya.


Akhir kata, penulis mengibaratkan sebatang lidi dengan sapu lidi. Jika sebatang lidi gampang untuk dipatahkan, tidak demikian halnya dengan sapu lidi, yang merupakan gabungan puluhan batang lidi yang diikat menjadi satu kesatuan. Kami yakin, anda bisa menarik kesimpulan dari kalimat ini, jika dihubungkan dengan pengembangan jaringan MLM bukan?

Ada input dari Anda? Feel free to put in!

0 komentar



Posting Terbaru

Komentar Terbaru